Just got the processed TMAX 400 (TMY) roll from the lab. And I'm pretty disappointed. It looks like I screw up big time with this roll. Asides from the accidentally-pressed-shutter frames (damn it, I should really learn not to cock the film immediately after I took a shot... but it's so fun to do! D:), many shots of heavy shaded places seem to be underexposed. I just don't get it... I'm pretty sure the lightmeter showed a correct exposure (I did the metering on the shadow parts to make sure it's not under). And the frames taken in a well-lit places seem to be okay. I guess for the time being I should just stick to the cheaper roll, to compensate my significant margins of error. ;(

To make matters worse, my scanner isn't doing a good job of scanning the negs. In the end, I have to resort to printing out these negs... ~_~

No, no pictures today.
Siang tadi baru scan hasil cetakan roll Lucky (yg jadinya telat sehari dari jadwal karena mesin cetakan di labnya rusak) yg isinya sebagian dari hunting Ngasem yg bareng dengan film Neopan yg dulu itu, sebagian lagi dari hunting Code bareng Ivan, dan sisanya foto² nggak penting. Omong² soal cuci cetak BW, dari beberapa kali nyoba di lab foto yg berbeda, keliatannya yg paling bagus kualitasnya emang Central Photo di Jalan Solo (bagi mereka yg di Jogja, apa ada rekomendasi yg lain?). Paling keliatan terutama dari hasil processing film Lucky... di Central hasilnya filmnya lebih mulus, sementara di lab lain biasanya filmnya jadi banyak scratch-nya. Katanya salah satu orang yg biasa processing film sendiri sih itu bisa terjadi ketika ngelap filmnya, karena film Lucky lebih tipis ketimbang film kebanyakan. Hasil cetakannya juga setelah dibandingin bagusan Central, rentang kontrasnya lebih panjang. Mungkin karena kertasnya? Dunno, but I like it better in Central. Asal inget aja kalo mau cetak, harus selalu pesen: "jangan dicrop!" Kecuali kalo anda orang yg nggak terlalu mementingkan komposisi dalam foto... ;)

Nggak semua foto dari roll itu kucetakin (nggak ada duit...), dan dari yg dicetak pun ternyata cuma ada beberapa yg layak tampil. Fortunately, my fave shots from Ngasem on this roll turned out okay:



Note to self: Lain kali make film Lucky, hindari menyertakan elemen highlight yg keras. Dari pengamatan, highlight pada film Lucky cenderung blown out.

Dan ini beberapa yg dari Code...


Yg ngajak hunting


Tadi siang juga sempet ke Ngasem lagi dengan beramunisikan TMAX 400... mudah-mudahan nggak sia-sia, mengingat harga filmnya. :-SS And ya know what, the more I visit this place, the more I love it. I missed a few cool moments there this afternoon, looking forward to hunt more of them in the future! ;) Oh, dan ada satu lagi hunting ground di listku... Bringharjo! Pas kapan nemenin (uh, mungkin lebih tepatnya nganterin) ibu ke sana, ngeliat tempatnya sepertinya menantang. Lotsa potentials. Getting excited just from thinking about it. :) Or perhaps I should broaden the scope even more to Malioboro. Nawh, ntar dipikirin lagi.

On another note that doesn't have anything to do with photography, 5 hari lagi mbakku ultah. Thinking of giving a present but haven't a slightest idea what. Hmm...
Rencana naek buat makan di Pakem kemaren akhirnya nggak jadi karena udah kesorean (janji kumpul jam setengah 4, baru berangkat jam setengah 6 kurang. Ah, Waktu Indonesia Ambyar banget...). Sebagai pengganti, diputuskan buat makan di Among Raos yg jauh lebih deket. Almost all the usual boys came, kecuali Nohan yg masih di Karanganyar, si Bay yg masih di Solo, dan Medwin yg katanya kecelakaan (?) keserempet truk (?) di deket rumahku (?). Yeah that's a lot of question marks there, tapi kalo menyangkut Medwin emang banyak yg harus dipertanyakan. ;P Hope he's alright though.

Onto the photos. Kemaren bawa D50 dan XR500, tapi yg kupake akhirnya cuma D50 karena kelewat sayang make film TMAX 400 yg ada di XR500... di kondisi lowlight, manual focusing bisa jadi susah. Apalagi kalo lensanya udah kotor kaya 35-70nya Ricoh ini. So all digital for yesterday.

nunggu pada kumpul di kost Hoho

mau berangkat

Anyway, I could really use a fast lens these days... nggak bisa terus-terusan bergantung pada ISO tinggi Nikon yg emang terkenal noisy. Dan katanya noise pada D50 itu udah termasuk yg paling rendah dibanding saudara dekatnya (D70/D70s). Beh, kalo gitu kaya apa noise di dua kamera itu... Kit lens isn't helping either, dengan bukaan maksimal f/3.5 di wide end dan f/5.6 di tele end (dan aku lebih sering make di yg terakhir...), kepaksa speed seringkali cuma dapet 1/15 or lower. Di Among Raos (dan di kost Hoho juga) kemaren ini ya pake ISO 1600 terus. Beberapa terliat acceptable (kalo di-BW malah jadi grain alami ;D):

But some can look pretty annoying, specially when you like the shot:


Lens yg rasanya pas buatku: 50mm f/1.8

Udah banyak yg ngerekomendasiin. Ketajamannya diakui para user. Wide aperture-nya berguna di kondisi lowlight (and they say it produces a sweet bokeh too!). Focal length-nya sesuai dengan focal length yg biasanya kupake di kit lens. And most importantly, harganya nggak terlalu mahal.

But money is still money, eh? ;)



Omong², tadi malem dikabarin Mbak Iin, katanya kakaknya temennya lagi ada yg butuh fotografer buat pre-wedding. Mereka entah gimana ceritanya katanya sempet liat foto-fotoku dan katanya sih tertarik, dan nanyain kalo aku bisa ngerjain pre-wed mereka. Dunno if I should take the job. : \ Bukan masalah skill-nya (I'm pretty sure I can do it as long as it's outdoor) tapi lebih ke soal fee-nya. Nggak tau gimana nentuin harga yg sesuai, apalagi Jogja katanya terkenal udah semrawut dalam hal harga foto² pre-wed. Ntar malem mau diomongin rencananya.

Gitu dulu, ciao!


Tadi malem gempaaaaaa (lagi)! Jam setengah satu malem, lagi asik² tidur, langsung bangun. ~_~ Beberapa waktu setelahnya keluar infonya di BMG. 20 km north from here, huh?

Paginya main basket sama anak² yg liburan ini lagi pada kerja praktek di Jakarta, cuman kebetulan pas pada pulang ke Jogja karena libur dari 17 Agustus kemaren sampe senen besok. Ngabisin sisa roll Lucky terakhir (yg langsung kukasih ke lab setelah pulang... katanya jadinya senen, bah) dan ngambil beberapa snaps dengan D50, I like this one:


Nanti malem rencananya mau ke The Corner lagi sama anak², makanya tadi bela-belain beli Kodak TMAX 400 (karena masih penasaran dengan lowlight shot with film).. dengan duit yg mestinya dipake buat beli helm pengganti helm lamaku yg ilang. I couldn't resist, mwahahahahah. Wait wait... helm yg ilang? Yeah I lost my helmet, some guy stole it two days ago. Dari rumah. Yap, keliatannya dia melenggang kangkung begitu aja ke dalam garasi pas keadaan sepi dan dengan enteng ngambil helm yg tergeletak di sana. Heh.

And that's all for now. Besok rencananya mau jalan² dengan anak², naik ke utara. Let's see if I could get some interesting shots tomorrow. ;) Cheers to you all!

About street photography...

Phew. Tadi siang nemenin Ivan hunting sebentar di sepenggal kali Code, antara jembatan deket Tugu dan jembatan jalan Dr. Sarjito. Rencana asli Ivan sebenernya pingin motret dengan tema "Indonesia Merdeka" (don't ask me about it) tapi dia belom tau di mana enaknya lokasi huntingnya. Karena kebetulan dia juga punya rencana lain untuk motret human interest sekitar Code, akhirnya diputusin untuk hunting di sana, dengan harapan bisa hitting two birds with a stone. But the fact is... it would seem that we weren't even able to hit a single bird. Bummer. Entah Ivan nyari apanya dari Code, tapi yg jelas tadi katanya dia nggak nemuin apa yg dia cari. And me? Well, yg jelas aku sedikit banget motret tadi. Dunno, entah karena mood atau karena di tempat yg kita datengin tadi emang sedikit yg bisa dipotret. Roll Lucky sisa hunting Ngasem yg tadi rencananya mau kuabisin pun ternyata masih sisa beberapa frame.

Hmm, tapi setelah dipikir-pikir lagi mungkin emang aku yg terlalu berhemat dalam make roll. :-S Di Ngasem kemaren aku ngabisin sisa sekitar 11-12 frame dari roll Neopan... terus ganti Lucky dan motret sekitar 10 frame lagi... The sum isn't even a roll. Dalam jangka waktu sekitar 1 jam hunting. Should I have shot more? Yg jelas ketimbang biasanya aku motret digital, itu jauh lebih sedikit.

Anyway, balik lagi ke Code. Tadi pas motret² kayanya aku mulai menyadari sesuatu. Atau mungkin sebenernya bukan tadi, tapi kemaren malem ketika aku ngikutin sebuah diskusi mengenai street photography di satu komunitas di Flickr (buat yg punya account Flickr, go here). Dulu aku mikir bahwa dengan motret human interest di tempat² umum itu udah masuk kategori street photography. Seenggaknya street photography dalam konteksnya di Indonesia. Tapi kemudian aku teringet satu postingan dari seorang street photographer di komunitas tadi, yg isinya kurang lebih adalah bahwa street photography terutama menekankan pada momen² di mana subyek foto (manusia) melakukan aktivitas yg memiliki kualitas tertentu yg spesifik/unik, entah aktivitas itu dilakukan individual, interaksi dengan manusia yg lain, atau mungkin interaksi dengan built environment di sekitarnya, baik langsung ataupun tidak langsung. Modiaaaar, mumet ra kowe!!! ;P Uh, anyway, to put it simple: in street photography, something gotta be happening inside the frame. Dan keliatannya, semakin banyak yg terjadi, semakin bagus.

So now, what does all that have to do with me? Well, sebenernya gampang aja: ternyata apa yg kukira street photography selama ini, bukanlah street photography. Setidaknya bukan seperti apa yg dimaksudkan oleh mereka² yg menekuni bidang ini di luar negeri sono. Aku emang belakangan ini sering motret orang di tempat umum, tapi kalo diliat-liat lagi... most of the times, the subjects of my photos barely do anything. Aku semata-mata cuma menempatkan mereka dalam sebuah konteks lokasi di mana mereka berada, itu aja. Dan itu terasa banget tadi pas motret² di Code. Setelah beberapa shots, kebanyakan yg kuambil rasanya lebih ke arah street portraiture. Not that street portraiture is necessarily bad, cuman dalam hati aku sedikit kuciwa aja karena ternyata aku belom bisa sampe di level motret human interest seperti apa yg kuinginkan. Gotta practice more. :)

Onto the photos! Well, actually there's barely any. Mwahahahahah! Ya tadi kan udah kubilang aku dikit banget ngambil foto di sana. Kebanyakan masih tetep di film, cuman sekitar 10 shots yg make digital. And they're not interesting too. Dua berikut ini yg aku "rada" suka.


Sucks, ey? Dan ini ada satu snap oleh Ivan, dimana aku terliat sedang nyoba ngambil satu snap anak² di Code... quite the active ones, they were. Udah jarak fokus minimal lensa terbatas, mereka gerak² mulu...


Yah, mudah-mudahan dari film nanti ada yg bisa lebih menarik. Setidaknya ada 2-3 frame yg mestinya jadi. Dan oh, omong² soal film, beberapa negatif film Neopan yg di postingan sebelum ini kubilang kurang bagus discan kemaren udah kucetakin... dan walau aku nggak sepenuhnya puas dengan hasil cetakan ini (kenapa sih setiap kali nyetak pasti ada bagian yg dicrop sama mereka? Arrrgh!), tapi satu frame yg bener² kuharepin jadi untungnya bener:


Dan yg ini, terrible focusing but I somehow like the content. Everyone's looking at different directions:

And that's all for now folks! Catch you all later. :)

And so it begins.

Yo, selamat datang semuanya. :) Ini blog baruku yg (mudah-mudahan) bakal secara kontinu kuisi dengan berbagai hal yg sebenernya nggak gitu penting tapi entah kenapa pingin kuceritain. After all, isn’t that what a personal blog really all about? Sebelum ini pernah juga bikin blog di Friendster, tapi karena nggak banyak yg bisa diceritain tuh blog sekarang udah kuapus. Terus kenapa sekarang bikin blog lagi? Well, to be honest aku terinspirasi sama beberapa photoblog yg sering kubaca dan karena belakangan ini aku semakin sering motret (mungkin bahkan akan lebih sering lagi di masa depan) kupikir aku bisa sharing beberapa foto yg kuambil sambil cerita sedikit di balik foto² tsb. Lha, kan foto-fotoku udah kutarohin di Multiply? Well, yg di Multiply itu lebih ke “galeri”-nya. Albumnya. Bisa sih emang bikin jurnal juga di sana (dan logikanya lebih praktis karena tetep dalam satu site dengan galeri foto-fotoku), tapi aku kurang suka dengan format blognya… Kalo mau masukin foto di blog Multiply mesti resize di kompi dulu kalo nggak mau halamannya overstretched, nggak bisa resize langsung di blognya. Dan lagi foto² yg pingin kushare di sini adalah foto² yg kebanyakan nggak bisa dimasukin ke dalam satu album tertentu di Multiply-ku. Simple snapshots and the likes. Jadi yah, agak berbeda konteksnya. Uh, or so I think.

You’re still reading? Good. :D

Soo, anyway, where to start? Oh, kemaren pengumuman penerimaan mahasiswa baru ADVY gelombang 3 keluar, dan aku diterima! Yay! Yap, buat kalian temen² arsitektur UGM (atau yg tau aku kuliah di UGM) yg ngebaca ini dan udah denger bahwa aku akan keluar dari arsitektur (how did the story spread anyway? Kukira cuman temen² deket aja yg bakal tau dalam waktu dekat), itu emang bener. Mulai semester depan aku bakal mulai kuliah di jurusan Fotografi Desain di ADVY. Mungkin banyak yg nggak abis pikir kenapa aku milih pindah ketika aku udah 6 semester berada di arsitektur. "Tanggung", "sayang", pasti kebanyakan mikir gitu. Yah… the story goes a long way back, dan aku lagi nggak niat untuk nyeritainnya sekarang. Mungkin lain waktu akan kushare di blog ini. Mungkin. Don’t take my words on that. ;p Anyhow, yg pasti ini pilihanku. Dan walau mungkin kalian tetep nggak akan ngerti, kuharap kalian bisa menghargai keputusanku. Life's all about choices, hm?

Next! Temen-temen deketku mungkin udah tau bahwa belakangan ini ketimbang motret digital aku lebih sering motret film, dengan kamera analog Ricoh XR500 pinjeman dari temen, yg mana dia juga sebenernya minjem dari temennya yg lain. Heck, jangan² orang itu juga minjem dari orang lain. :| Alhasil, Nikon D50-ku sekarang lebih banyak ngendon di rumah… yah, siapa tau ntar keluar² bisa jadi D80? :p Nggak tau juga sih kenapa aku bisa fascinated dengan film, mungkin karena feel-nya. It feels old school. And all the cool kids use film. Jadi kesimpulannya, aku… ikut-ikutan? Man, I’m such a poser. But seriously, memotret film itu ternyata menyenangkan. Seru. Aku terutama lagi seneng dengan film black&white (bw), banyak terinspirasi oleh fotografer ini. Bukan berarti digitalnya ditinggalin sih, cuman lagi ‘cuti’ moto digital aja. ;)

Anyway, beberapa hari yg lalu aku juga baru ngambil hasil cuci film Neopan SS 100 dan Kodak Colorplus 200 dari lab. Nggak kucetak, karena emang ragu dengan hasilnya. Dan emang setelah ngeliat hasilnya, kayanya besok² juga workflownya akan tetep kaya gini: cuci di lab, scan di rumah, dan kalo mau cetak ya yg keliatannya jadi aja. ;D Emang jeleknya kurang ada kontrol sih, tapi yah gimana lagi. Seenggaknya akan tetep seperti itu sampe aku bisa develop filmku sendiri, yg kutargetin paling nggak di satu semester ke depan. ;)

Okay, masuk ke foto-fotonya. Pertama dimulai dari Kodak Colorplus! First impression… beh, banyak scratch di filmnya. Serasa Lucky SHD 100 versi warna. =)) Belom bisa bandingin dari segi warnanya sendiri karena belom coba film warna lain dan juga belom kucetak. Film ini kubeli pas mau pergi ke Semarang beberapa waktu yg lalu tapi nggak sempet kepake karena di sana cuman pake Lucky… akhirnya kepakenya di Jogja, pas kami main basket… Uhm, okay, mungkin lebih tepatnya temen-temenku main basket, dan aku cuma motretin mereka. ;p Sempet nyobain panning juga di roll ini, yg mana hasilnya mengecewakan... kecuali satu!


Yeah, kakinya kepotong. But I'm happy enough with this. Panning di film, gitu loh! Belom tentu bisa lagi sih. ;p Anyway foto di atas udah banyak dibersihin scratch-nya, kalo yg masih kotor kira² kaya gini:

Mita passing

And this one's my fave from that day, of Ucok:


Jadi inget dulu juga juga pernah dapet panning lay-up Ucok yg lumayan bagus dengan D50:


Beranjak ke BW Neopan... Now, this film is supposed to be pretty sweet. Hanya saja karena kebodohan dan kenekatan fotografernya yg maksa banget moto di dalam ruangan yg lumayan gelap dengan film ASA 100, setengah roll pun akhirnya... well, let's just say it's utter disaster. Nyaris nggak keliatan apa² di filmnya. :)) Kinda weird, aku yakin waktu itu bacaan lightmeternya nunjukin hanya under sekitar 1 stop (di bukaan paling lebar, speed paling rendah). Oh well. Sayang, padahal mestinya kalo bener aku yakin foto² yg diambil di The Corner itu banyak yg menarik... Berikut beberapa foto yg relatif masih bisa diselametin dengan scan dari negatif, walaupun itungannya ya tetep aja nggak bagus.

Airin on the bar.

Iwan looking badass lighting his cig. Kalo aja eksposurenya bener... :(

random stuff.

Untungnya, masih ada setengah roll sisanya yg relatif lebih bagus eksposure-nya. Nggak semuanya bagus discan sih, ada beberapa yg keliatannya lumayan jadi rencananya mau kucetakin aja. Ini salah satu yg "jadi", foto favoritku dari satu roll:

bunga matahari di halaman rumah.

Nggak, nggak semua sisa eksposure di roll itu kupake buat motoin bunga. ;) Kebanyakan kupake buat motret² di pasar Ngasem, untuk pameran mata kuliah fotografi yg kuambil semester lalu di arsitek. Biarpun aku udah keluar, aku pingin nampilin yg terbaik di pameran ini nanti. :) Btw, di Ngasem aku juga moto dengan make film Lucky, cuman filmnya belom sempet dicuci. Ada beberapa shot di roll itu yg kuharepin hasilnya bisa bagus. Untuk sementara ini, scan negatif dari Neopan yg di Ngasem bisa diliat di sini. The market is actually a nice place to make photos. The people are pretty friendly... I didn't have much trouble photographing there, certainly a lot more simpler than I thought. Rasanya aku akan nerusin moto² di sana lain kali, setelah pameran nanti. Dunno, perhaps making an essay out of it or something.

dua turis asing di Ngasem.

Whew, kayanya aku udah nulis banyak banget. And it's my first post too. Heheh, just being excited I guess. Right, sementara ini segini dulu. Wish you all have a nice day!